Sekolah Bertumbuh Di Jalan Sunyi Memancarkan Harapan

TK, SD, SMP, SMA di Yayasan Baiturrahman Lagi Upacara Bendera

Sekolah Bertumbuh di Jalan Sunyi

Di sudut kota yang hiruk pikuk, di tengah gemuruh modernisasi yang sering kali melupakan sisi kemanusiaan, ada sebuah kisah kecil yang lahir dari jalan sunyi. Jalan itu bukan hanya sekadar lorong sepi, melainkan simbol perjuangan orang-orang yang mencoba menyalakan harapan di tengah keterbatasan.

Kisah ini hadir dari seorang anak bernama Dikki, siswa sederhana yang lahir dari keluarga miskin. Hidupnya tidak mudah. Ia dibesarkan oleh ibunya seorang diri, seorang perempuan tangguh yang bukan hanya menjadi pengasuh, tetapi juga menjadi ayah, tulang punggung, sekaligus pelindung keluarga. Sang ibu menjalani hari-hari dengan kerja keras, memastikan anaknya tidak kekurangan makan meski sering harus mengorbankan keinginan pribadi.

Namun, mimpi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA hampir pupus. Biaya pendidikan yang semakin mahal seolah menjadi tembok tinggi yang sulit ditembus. Bagi keluarga seperti Dikki, pendidikan bukanlah sesuatu yang otomatis didapat, melainkan sebuah kemewahan yang hanya bisa diraih jika ada keajaiban.

Secercah Harapan di Jalan Sunyi

Di saat harapan hampir padam, cahaya itu datang. Seorang pengurus Yayasan SMA Kertajaya hadir dengan tawaran yang tak terduga: Dikki bisa bersekolah tanpa harus dibebani biaya besar. Berapapun kemampuan yang dimiliki keluarga, itulah yang bisa diinvestasikan untuk masa depan anaknya. Bukan angka yang jadi ukuran, tetapi keikhlasan dan semangat untuk terus belajar.

Bagi sang ibu, tawaran itu seperti oase di tengah padang pasir. Dengan langkah berat—karena masih dihantui rasa tak mampu—ia mendaftarkan anaknya ke sekolah itu. Harapan yang nyaris mati kembali menyala. Dan sejak saat itu, jalan sunyi yang ia tempuh berubah menjadi jalan pertumbuhan.

Jajaran Pengajar di Yayasan Baiturrahman dalam Sesi Foto Bersama di Depan Masjid Baiturrahman
Jajaran Pengajar di Yayasan Baiturrahman dalam Sesi Foto Bersama di Depan Masjid Baiturrahman

Ruang Belajar yang Humanis

Kini, di SMA Kertajaya, Dikki menemukan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia merasa dipedulikan, dihargai, dan didampingi. Bukan hanya sebagai siswa yang harus mengejar nilai, melainkan sebagai pribadi dengan potensi yang unik dan berharga.

Ia belajar bersama teman-temannya dengan suasana yang humanis, penuh empati, dan jauh dari tekanan yang sering menakutkan anak-anak miskin dalam dunia pendidikan formal. Dikki bukan lagi anak yang hanya menunduk karena minder, melainkan anak yang berani tersenyum karena tahu ada orang-orang yang percaya padanya.

Senyum Dikki saat mengikuti proses belajar menjadi simbol bahwa pendidikan sejati bukan hanya soal angka rapor atau prestasi akademik, tetapi juga tentang ruang aman di mana anak merasa dilihat, didengar, dan diberdayakan.

Jalan Sunyi yang Menghidupkan

Sekolah seperti SMA Kertajaya mungkin tidak megah, tidak penuh sorotan publik, apalagi beriklan besar-besaran. Ia tumbuh di jalan sunyi, dengan segala keterbatasan fasilitas. Tetapi dari jalan sunyi itulah tumbuh benih-benih masa depan. Dari sanalah lahir anak-anak yang punya harapan baru, yang tidak menyerah pada takdir kemiskinan.

Dalam dunia yang sering kali dikuasai oleh komersialisasi pendidikan, kehadiran sekolah ini menjadi kritik sekaligus harapan. Bahwa pendidikan seharusnya tidak memutus mimpi hanya karena dompet orang tua tipis. Bahwa pendidikan adalah jalan bersama, di mana semua anak, apapun latar belakangnya, berhak merasakan kesempatan yang sama.

Menghidupkan Harapan Bersama

Kisah Dikki bukanlah satu-satunya. Ada banyak Dikki lain yang menunggu tangan-tangan peduli untuk membukakan pintu harapan. Jalan sunyi yang ditempuh sekolah seperti SMA Kertajaya hanya bisa terus menyala jika ada kolaborasi. Jika ada kepedulian nyata dari masyarakat, dermawan, dan semua orang yang percaya bahwa pendidikan adalah investasi terbaik.

Harapan itu sederhana: agar lebih banyak anak dari keluarga miskin bisa merasakan senyum yang sama seperti Dikki. Agar mereka tidak lagi merasa menjadi beban, tetapi bisa berdiri tegak, percaya diri, dan suatu saat nanti memberi arti bagi masyarakat.

Penutup

“Sekolah Bertumbuh di Jalan Sunyi” bukan sekadar kisah tentang sebuah lembaga pendidikan kecil, tetapi tentang cahaya yang mampu menembus pekatnya keterbatasan. Ini adalah cerita tentang ibu tangguh, anak yang berjuang, dan yayasan yang dengan hati besar membuka pintu tanpa menanyakan seberapa banyak rupiah yang bisa dibayar.

Dan di sinilah kita bisa mengambil peran. Jalan sunyi ini tidak akan bertumbuh sendirian. Ia butuh cahaya dari kita semua. Bagi siapa pun yang tergerak untuk membantu, uluran tangan bisa disalurkan melalui:

Yayasan Baiturrahman Surabaya, Nomor Rekening Bank Jatim 0751012021 dan Bank Syariah Indonesia ( BSI ) 7241.5594.53

Mari bersama-sama menjaga senyum Dikki dan ribuan anak lainnya tetap menyala. Karena pendidikan sejati bukan hanya tentang angka dan ijazah, melainkan tentang kehidupan yang tumbuh dari kasih, kepedulian, dan harapan.

Surabaya, 19 Agustus 2025

M. Isa Ansori
Pemerhati Pendidikan Anak , Pengurus Lembaga Perlindungan Anak ( LPA ) Jatim, Dosen di STT Multimedia Internasional Malang, Dewan Pakar LHKP PD Muhammadiyah Surabaya dan Wakil Ketua ICMI Jatim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *