Di halaman luar Masjid Jamik Sumenep, berdiri monumen kecil berbentuk bola emas di atas tugu. Tulisan di bawahnya sederhana tapi penuh makna:
“1 TAHOEN HARI KEMERDEKAAN R.I. 17-8-1946.”

Bukan kebetulan monumen ini ada di halaman masjid. Seolah para leluhur ingin menegaskan bahwa kemerdekaan bangsa ini tak bisa dipisahkan dari nilai keimanan. Masjid adalah pusat spiritual, sementara monumen adalah simbol perjuangan. Keduanya bersatu dalam satu ruang mengajarkan kita bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Kini, 80 tahun Indonesia merdeka. Kita patut bertanya: apakah generasi muda hari ini masih membawa semangat yang sama seperti para pendahulu? Ataukah kita hanya menjadikan kemerdekaan sebagai seremonial tahunan tanpa makna mendalam?
Monumen itu seakan berpesan:
“Jagalah imanmu, rawat bangsamu. Jangan biarkan kemerdekaan ini pudar oleh lupa dan lalai.”
Maka di usia 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, mari kita warisi semangat para pejuang: memadukan kekuatan iman dengan aksi nyata. Bukan hanya mengenang, tapi melanjutkan perjuangan. Karena merdeka bukan akhir, melainkan amanah.
Seperti yang terlihat dimana monumen tersebut tertulis 1 tahun setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya kala itu. Dimana secara tidak langsung dalam pesan tersebut bahwasanya Sumenep sangat siap bersatu dan mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia.