Sumenep, Jagat Indonesia – Lapangan Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, pada Sabtu malam (1 November 2025) menjadi saksi kemeriahan acara puncak perayaan Rokat Desa Dungkek yang berkolaborasi dengan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025. Acara ini dihadiri oleh ribuan warga dan sejumlah ulama besar, menghadirkan nuansa spiritual dan budaya yang kental.
Acara diawali dengan penampilan kolaborasi memukau dari grup Hadrah Al Hidayah Desa Dungkek bersama Babazar Entertainment. Suasana semakin khidmat dan meriah dengan kehadiran pelantun Sholawat kondang, yaitu:
- Lora Nizar Ali
- Lora Amin Qutbi
- Ustadz Muhammad Tumbuk
- Ustadz Fauzi yang datang khusus dari Sampang.
Turut hadir dalam majelis ini, sejumlah tokoh penting, di antaranya:
- Dr. KH. Zulfa Mustofa (Wakil Ketua Umum PBNU, Jakarta)
- KH. Panji Taufiq (Ketua PCNU Sumenep)
- KH. Roji Fawait (Pengasuh Ponpes di Desa Jadung)
- KH. Subaidi
- KH. Fathollah Zaini dari Tarogan
- KH. Halili
- KH. Suhaili (dari Kecamatan Gapura)
Ketua Panitia, Bp. Syahroni, S.Ag., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Rokat Desa yang telah rutin dilaksanakan sejak tahun 2015 hingga 2025 ini merupakan:
“Bentuk rasa syukur atas semua nikmat yang ada, bentuk silaturahim khususnya warga Desa Dungkek, permohonan kepada Sang Pencipta, serta upaya untuk merawat hal-hal baik dari para sesepuh.”
Momen istimewa terjadi ketika H. Achmad Jumahri, S.E. (Kepala Desa Dungkek) secara simbolis melakukan Pengalungan Bunga Melati kepada Dr. KH. Zulfa Mustofa, sebagai tanda penghormatan.
Acara dilanjutkan dengan lantunan indah Sholawat Qiyam yang dipimpin oleh Lora Nizar Ali, semakin menambah kekhusyukan hadirin.

Puncak acara adalah Pengajian Akbar yang disampaikan oleh Dr. KH. Zulfa Mustofa (PBNU) dari Jakarta. Dalam tausiyahnya, KH. Zulfa Mustofa mengungkapkan kekagumannya terhadap Sumenep dan masyarakatnya.
“Saya sekian kali ke Sumenep, baru ini sampai Dungkek. Dan semakin sering ke Sumenep, saya semakin kagum,” ujar beliau.
Beliau juga menyoroti keunggulan ulama dan masyarakat Sumenep:
“Semakin ‘alim, maka ‘alimnya di atas rata-rata. Ada KH. Thoifur Ali Wafa, beliau banyak mengarang kitab.”
Bahkan, beliau memberikan perumpamaan menarik tentang etos kerja orang Sumenep di perantauan:
“Di Jakarta, orang Sumenep, buka warung sembako, yang lainnya, buka 16 jam, Sumenep buka 24 jam. Bukanya di atas rata-rata.”
Acara ditutup dengan pembacaan Doa yang dipimpin oleh KH. Roji Fawaid Baidhawi, menandai berakhirnya rangkaian perayaan Rokat Desa dan Hari Santri Nasional yang sukses dan penuh berkah di Desa Dungkek.












